Senin, 16 Mei 2011

Kesimpulan Optimisme Pada Penderita Diabetes mellitus yang Berusia Lanjut

Diabetes Mellitus adalah suatu kondisi, di mana kadar gula di dalam darah lebih tinggi dari biasa/normal. (Normal: 60 mg/dl sampai dengan 145 mg/dl), ini disebabkan tidak dapatnya gula memasuki sel-sel. Ini terjadi karena tidak terdapat atau kekurangan atau resisten terhadap insulin. Diabetes adalah suatu kondisi yang berjalan lama, disebabkan oleh kadar gula yang tinggi dalam darah. Diabetes dapat dikontrol.
Kadar gula dalam darah akan kembali seperti biasa atau normal, dengan merubah beberapa kebiasaan hidup seseorang yaitu : mengikuti suatu susunan makanan yang sehat dan makan secara teratur, mengawasi/menjaga berat badan, memakan obat resep dokter, olahraga secara teratur (Bakar-Tobing, 2006).
Pengobatan pada pasien DM lanjut usia biasanya dengan menggunakan obat obatan anti diabetik oral. Pengobatan ini harus diimbangi dengan diet untuk menguruskan tanpa gula (reducing diet). Sekedar diketahui dalam keadaan basal diperlukan jumlah kalori per hari sebanyak BB ideal x (25-30) kalori. Olah raga merupakan hal yang sangat dianjurkan terutama olah raga seperti aerobik (jalan/sepeda) secara teratur. Terkadang pengaturan diet dan olah raga merupakan pilihan pertama, bila kedua cara ini gagal baru diberikan obat anti diabetik oral. Yang perlu diingat, pada usia lanjut dianjurkan pemberian obat anti diabetik oral dengan kerja yang cepat sebab pada usia ini sering penderita kedapatan lupa makan, hal ini berbahaya karena bisa menyebabkan hipoglikemia bila diberikan obat anti diabetik dengan masa kerja lama (2007)
Epitectus (dalam Farida, 2002) mengatakan bahwa bila individu mengalami peristiwa yang tidak mengenakkan, sebenarnya yang mengganggu bukanlah peristiwa itu sendiri melainkan cara memandang peristiwa tersebut. Individu yang berpikir negatif cenderung untuk mempercayai bahwa peristiwa-peristiwa yang tidak mengenakkan akan berlangsung lama dan akan melemahkan hal-hal yang sedang dikerjakannya. Individu yang berpikir positif cenderung memandang ketidakberhasilan dari segi sebaliknya. Individu tersebut percaya bahwa kegagalan bukanlah kesalahannya, tetapi terdapat andil dari faktor lingkungan Seligman (dalam Farida, 2002).
Bagi penderita diabetes mellitus, ada beberapa pencegahan dan penatalaksanaan penyakit diabetes, yaitu ada bukti memadai bahwa makan makanan yang rendah indeks glikemik secara klinis akan membantu penyembuhan dan pencegahan peyakit diabete, maka disarankan untuk melakukan diet pada orang orang yang mempunyai faktor resiko, bagi yang telah terdiagnosis, supaya menghindari kemungkinan komplikasi jangka pendek maupun jangka panjang yang berkaitan dengan diabetes.
Ada peran yang sangat penting bagi pasien adalah dukungan diet, latihan berpikir positif dan optimis, pemantauan glukosa darah, dengan harapan agar kadar glukosa darah dalam batas-batas yang dapat normal, serta pengontrolan diperlukan untuk mengurangi risiko komplikasi jangka panjang. Hal ini secara teoritis dapat dicapai dengan kombinasi diet, olah raga dan penurunan berat badan (tipe 2), dilanjutkan pemberian berbagai obat diabetes oral dan pemberian insulin jika telah memasuki tahap yang lebih berat seperti pada Diabetes tipe 1 dan tipe 2 yang sudah tidak mempan lagi dengan pengobatan diabetic oral (Ikrar, 2009).
Setiap individu mempunyai kebiasaan berpikir tentang penyebab suatu peristiwa sebagai suatu ciri kepribadian yang disebut explanatory style (Seligman, 1995). Berdasarkan explanatory style (gaya penjelasan) ini maka dapat dibedakan individu yang optimis dan pesimis. Ahli lain menggunakan istilah berpikir positif untuk menunjuk arti yang sama dengan optimisme. Peale (dalam Lestari, 1994) mengatakan bahwa berpikir positif merupakan suatu bentuk berpikir yang berusaha untuk mencapai hasil terbaik dari keadaan terburuk. Optimistik adalah individu yang periang dan meyakinkan dirinya dan individu lain bahwa segalagalanya akan berakhir dengan baik. Lebih lanjut Random House Dictionary Shapiro (dalam Aldita, 2004) mendefinisikan optimisme sebagai kecenderungan untuk memandang segala sesuatu dari segi dan kondisi baiknya dan mengharapkan hasil yang paling memuaskan.
Kekuatan dari rasa optimis masing-masing individu memang berbeda, ada yang sangat kuat dan ada yang lemah. Menurut Ginnis (1990) orang yang optimis adalah orang yang merasa yakin bahwa dirinya mempunyai kekuatan untuk mengendalikan dunia mereka. Rasa optimis merupakan paduan antara dorongandorongan baik fisik dan psikis dalam mempertahankan diri dan mengembangan diri pada setiap proses perkembangan manusia.
Seiring dengan hal itu, orang yang optimis dan pesimis juga mempunyai cara pandang yang berbeda dalam menghadapi masa depan. Orang yang mempunyai rasa optimis mampu memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi dengan ketekunan dan kemampuan berpikir/ berimajinasi/ berapresiasi dan sikap tidak mudah menyerah maupun putus asa. Sedangkan individu yang mempunyai pikiran pesimis akan selalu patah semangat, dan dalam menghadapi rintangan-rintangannya tersebut dianggap suatu kegagalan dan akan menganggap hidupnya menjadi bermasalah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar